KERJA KERAS BEBAS CEMAS ; PASTI AMAN-PASTI CAIR-PASTI TENANG

KERJA KERAS BEBAS CEMAS ; PASTI AMAN-PASTI CAIR-PASTI TENANG
APAPUN PEKERJAAN ANDA Lindungi diri Anda mulai Sekarang dari Resiko Kerja Anda, REJEKI dapat di Cari Kematian tak bisa kita Hindari

Jumat, 20 September 2019

Dari Aswaja, Wali Songo dan Nahdlatul Ulama (Bagian II)


Pertanyaan: 

Assalamu’alaikum wr. wb Pak ustadz, saya masih bingung mengenai makna masalah Ahlussunnah wal jama’ah. Apa makna sebenarnya Ahlussunnah wal Jama’ah tersendiri dan bagaimana kriterianya? Dan maaf ustadz, saya sering mendengar banyak dari organisasi Islam banyak yang mengakui bahwa mereka termasuk golongan Ahlussunnah wal Jama’ah. Terima kasih ustadz.   Kamalia, Madiun.    Lanjutan jawaban: Wa’alaikum salam wr. wb. Terima kasih atas pertanyaannya. Semoga Allah selalu memberikan limpahan hidayah dan rahmat-Nya. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 

Dari Aswaja, Wali Songo, dan Nahdlatul Ulama  Dihimpun Yusuf Suharto (Ketua Aswaja NU Center Jombang)

Karakter Tawassuth, Tawazun, dan I’tidal

Sebagai pembeda dengan yang lain, ada tiga ciri aswaja, yakni tiga sikap yang selalu diajarkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya, yaitu:

Al-Tawassuth (sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan). Disarikan dari firman Allah SWT:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ اُمَّةً وَسَطًا لِتَكُوْنُوْا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنُ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْداً (البقرة: 143)


“Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan supaya Allah SWT menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian.” (QS. al-Baqarah: 143).

Al-Tawazun, (seimbang dalam segala hal, termasuk dalam penggunaan dalil ‘aqli dan dalil naqli). Firman Allah SWT:

لَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَاَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيْزَانَ لِيَقُوْمَ النَّاسُ بِاْلقِسْطِ (الحديد: 25)

“Sungguh kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti kebenaran yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca (penimbang keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” (QS. al-Hadid: 25).

Al-I’tidal (tegak lurus). Dalam Al Quran Allah SWT berfirman:

يَآاَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ للهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ، وَلاَيَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى اَنْ لاَتَعْدِلُوْا، اِعْدِلُوْا هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوْا اللهَ اِنَّ اللهَ خَبِيْرُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ (المائدة: 8)

“Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Maidah: 8).

Selain ketiga prinsip ini, golongan Ahlussunnah Wal-Jama’ah juga mengamalkan sikap tasamuh (toleransi). Yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. Firman Allah:

فَقُولاَ لَهُ قَوْلاً لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى (طه :44)

“Maka berbicaralah kamu berdua (Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS) kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaha: 44).

Ayat ini berbicara tentang perintah Allah SWT kepada Nabi Musa as. dan Nabi Harun as. agar berkata dan bersikap baik kepada Firaun. Al-Hafizh Ibnu Katsir (701-774 H/1302-1373 M) ketika menjabarkan ayat ini mengatakan, “Sesungguhnya dakwah Nabi Musa as. dan Nabi Harun as. kepada Firaun, adalah menggunakan perkataan yang penuh belas kasih, lembut, mudah dan ramah. Hal itu dilakukan supaya lebih menyentuh hati, lebih dapat diterima dan lebih berfaedah”. (Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, juz III, hal. 206).

Wali Songo Penyebar Aswaja di Indonesia

Sebuah realitas yang tidak terbantahkan bahwa mayoritas umat Islam Indonesia sejak dulu hingga sekarang menganut faham Ahlussunnah Wal-Jama’ah, dengan mengikuti madzhab Syafi’i dalam bidang fikih, dan mengikuti Imam Abu Hasan al-Asyari dalam akidah (lihat Risalah Ahlissunnah wal Jama’ah, KH Hasyim Asy’ari). Sudah barang tentu mereka mendapatkan faham tersebut dari ulama dan para dai yang mengajak dan mengajarkan tentang agama Islam kepada mereka. Sesuatu yang sangat mustahil jika orang yang menyebarkan agama Islam tidak menganut faham Aswaja sementara yang diajak adalah penganut setia faham Ahlussunnah Wal-Jama’ah.

Di sisi lain, semua sepakat bahwa dai yang menyebarkan agama Islam ke Nusantara khususnya di pulau Jawa adalah Wali Songo. Karena itu dapat dikatakan bahwa Wali Songo adalah penganut Aswaja, kecuali jika ada fakta sejarah yang menunjukkan bahwa ajaran Aswaja masuk ke Indonesia dan merubah faham keagamaan yang telah berkembang terlebih dahulu.

🤔  Orang Miskin dan Kekafiran?

Mengenai para sunan itu, sebagaimana ditulis KH Muhyiddin Abdus Shomad, bahwa Prof. KH. Abdullah bin Nuh mengatakan bahwa kata sunan adalah sebutan mulia yang diperuntukkan bagi para raja dan para tokoh dai Islam di Jawa. Nasab mereka bersambung sampai kepada Imam Ahmad al-Muhajir. Dan berdasarkan apa yang diajarkan oleh mereka, dapat dipahami bahwa mereka semua adalah ulama pengikut madzhab al-Syafi’i dan sunni dalam dasar dan akidah keagamaannya. Mereka kemudian lebih terkenal dengan sebutan “Wali Songo.” (Al-Imam al-Muhajir, hal. 174).

Ada beberapa bukti bahwa Wali Songo termasuk golongan Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Selanjutnya, Prof. KH. Abdullah bin Nuh menjelaskan:

“Jika kita mempelajari primbon, yakni kumpulan ilmu dan rahasia kehidupan yang di dalamnya terdapat materi ajaran Ibrahim (Sunan Bonang), maka di sana kita akan mendapatkan banyak nama dan kitab yang menjadi referensi utama para dai sembilan, berupa pendapat dan keyakinan, sebagaimana juga memuat masalah akidah dan fikih dengan susunan yang bagus sesuai dengan akidah Ahlussunnah Wa-Jama’ah dan madzhab Imam al-Syafi’i … Dari sini, menjadi jelas bahwa para dai yang sangat terkenal dalam sejarah masyarakat Jawa dengan gelar Wali Songo itu termasuk tokoh utama dalam penyebaran ajaran Ahlussunnah Wal-Jama’ah.” (Al-Imam al-Muhajir, hal. 182).

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Prof. KH. Saifuddin Zuhri (1919-1986 M). Ia menjelaskan beberapa tokoh yang menyebarkan madzhab al-Syafi’i di Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Yakni Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri dan lainnya. Bahkan Sunan Giri merupakan lambang pemersatu bangsa Indonesia yang dirintis sejak abad 15 Masehi. Jika Gajah Mada dipandang sebagai pemersatu Nusantara melalui kekuatan politik dan militernya, maka Sunan Giri menjadi pemersatu melalui ilmu dan pengembangan pendidikannya. (Sejarah Kebangkitan Islam, hal. 286-287).

Bukti lain yang menegaskan bahwa Wali Songo penganut faham Aswaja adalah ritual keagamaan yang dilaksanakan secara turun temurun, tanpa ada perubahan, di masjid-masjid besar yang didirikan oleh Wali Songo, semisal Masjid Sunan Ampel Surabaya, Masjid Demak dan sebagainya. Semua merupakan cerminan dari ritual ibadah yang dilaksanakan oleh golongan Aswaja. Misalnya adzan Jumat dikumandangkan dua kali. Pada bulan Ramadhan dilaksanakan shalat tarawih secara berjamaah dua puluh rakaat sebulan penuh, kemudian antara setiap dua rakaat diselingi pembacaan taradhdhi kepada khalifah yang empat. Selanjutnya sebelum shubuh dibacakan tarhim sebagai persiapan melaksanakan shalat subuh. Tarhim adalah bacaan yang di dalamnya berisi doa-doa kepada semua umat Islam termasuk juga taradhdhi kepada khalifah yang empat.

Sudah tentu hanya orang-orang yang memiliki faham Aswaja yang melaksanakan hal tersebut. Sehingga semakin menegaskan bahwa Wali Songo adalah penganut faham Aswaja.

(bersambung)

Sumber : TEBUIRENG ONLINE

Rabu, 18 September 2019

ADAB SEORANG MUADZIN

┏◉❆◈🌀━━━━━━━━━━━━┓
   *HALAQAH ILMU AGAMA*
┗━━━━━━━━━━━━◉❆◈🌀┛

۩ *Adab seorang Muadzin* ۩

*PERTANYAAN*
 Assalamualaikum tgk .
Apa saja adab seorang muazzin ?

*JAWABAN*
Dijawab Oleh *Tgk Salamuddin AY*
 Waalaikumsalam


Adapun sunah-sunah yang bisa dilakukan para muadzin sebagaimana disebutkan Musthafa Al-Khin dan Musthafa Al-Bugha dalam Kitab Al-Fiqhul Manhaji ala Madzhabil Imamis Syafi’i adalah sebagai berikut:

Pertama, menghadap kiblat. Mengapa disunahkan menghadap kiblat? Karena kiblat adalah arah yang paling baik dan juga arah yang paling mulia. Sebagaimana dikatakan oleh ulama salah maupun khalaf.

Kedua, suci dan terbebas dari hadats kecil maupun besar. Dimakruhkan bagi muadzin yang masih memiliki hadats. Terlebih bagi muadzin yang mengumandangkan azan dalam keadaan junub sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Abu Dawud:

قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -: كَرَهْتُ أَنْ أَذْكُرَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا عَلَى طُهْرٍ أَوْ قَالَ: عَلَى طَهَارَةٍ

Artinya, “Rasulullah Saw bersabda, ‘Saya memakruhkan menyebut nama Allah SWT kecuali dalam keadaan suci,’ atau disebutkan dengan kata ‘ala thaharatin.’”

Ketiga, dengan berdiri. Hal ini didasarkan pada perintah Rasul SAW kepada Bilal agar berdiri terlebih dahulu.

قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -: ياَ بِلَالُ قُمْ فَنَادِ لِلصَّلَاةِ

Artinya, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Wahai Bilal, berdirilah dan kumandangkan azan untuk shalat.’”

Kelima, menengok ke kanan (tidak bergerah seluruh badan, hanya kepala saja) saat mengucapkan ‘Hayya alas shalah’, dan menengok ke kiri saat mengucapkan ‘Hayya alal falah’ sebagaimana disebutkan Bukhari:

أن أبا جحيفة رضي الله عنه قال: رأيت بلالاً يؤذن، فجعلت أتتبع فاه هنا وهنا بالأذان يميناً وشمالاً: حيى على الصلاة حيى على الفلاح

Artinya, “Sesungguhnya Abu Juhaifah RA berkata, ‘Aku melihat Bilal mengumandangkan azan, kemudian aku mengamati mulutnya ke arah sini dan sini ketika azan kanan dan kiri: ‘Hayya alas shalah dan hayya alal falah.’’”

Keenam, mengulang azan, yakni seorang muadzin mengucapkan kedua syahadat secara lirih terlebih dahulu baru kemudian mengucapkannya dengan keras. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Abu Mahdzurah dalam Sahih Muslim.

Ketujuh, tatswib, yakni mengucapkan “As-Shâlatu khairun minan naum” setelah mengucapkan “Hayya alal falah” ketika azan shalat subuh.

Kedelapan, disunahkan dikumandangkan oleh orang yang memiliki suara bagus agar menarik simpati dari masyarakat dengan harapan masyarakat tersebut tergerak untuk menuju masjid sebagaimana sabda Rasul SAW yang diriwayatkan Abu Dawud dalam Sunan-nya. Dalam pesan Rasul tersebut disebutkan bahwa Bilal diperintah untuk azan karena ia memiliki suara yang kuat dan indah.

Kesembilan, disunahkan muadzin adalah orang yang berakhlak baik dan terpercaya. Hal ini karena mempengaruhi kepercayaan masyarakat apakah memang benar-benar sudah masuk waktu shalat atau belum.

Kesepuluh, tidak berlaku tamthit (mencaci dan merendahkan azan), yakni dengan memanjangkan bacaan azan terlalu panjang dan melagukan bacaan azan seperti nyanyian. Bahkan hal ini dimakruhkan.

Kesebelas, disunahkan azan dua kali, yakni ketika sebelum masuk waktu fajar (shalat subuh) dan sesudah masuk waktu fajar.

Keduabelas, bagi yang mendengarkan azan, disunahkan untuk diam, khusyuk dan mengikuti serta menirukan bacaan azan tepat setelah muadzin. Kecuali ketika “hayya alas shalah dan hayya alal falâh,” maka disunahkan mengucapkan “lâhaula wa lâ quwwata illâ billâh.”

Ketiga belas, membaca doa dan shalawat kepada Rasul SAW setelah azan berikut doanya:

اَللّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ القّائِمَةِ، آتِ سَيِّدَنَا مُحَمّداً الوّسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَة، وَابْعَثْهُ مَقَاماً مَحْمُوْداً الذِّي وَعَدْتَهُ

Allâhumma Rabba hâdzihi -da‘watit tâmmati, wash shalâtil-qâimah, âti sayyidanâ Muhammadanil washilah wal fadhîlah, wad darajatar rafî’ah wab ’atshu maqâman mahmûdanil ladzî wa’adtah.

Artinya, “Ya Allah Tuhan yang memiliki seruan yang sempurna dan shalat yang tetap didirikan, karuniakanlah Nabi Muhammad wasilah (tempat yang luhur) dan kelebihan serta kemuliaan dan derajat yang tinggi dan tempatkanlah dia pada kedudukan yang terpuji yang telah Engkau janjikan.”

Sedangkan muadzin disunahkan untuk melirihkan bacaan doa dan shalawatnya.

ويقول المؤذن الصلاة على النبي - صلى الله عليه وسلم - والدعاء بصوت أخفض من الأذان ومنفصل عنه، حتى لا يتوهم أنها من ألفاظ الأذان.

Artinya, “Muadzin membaca shalawat dan doa dengan suara yang lebih lirih dari suara ketika azan serta terpisah setelah azan. Sehingga orang-orang tidak mengira bahwa doa dan shalawat yang dibaca tersebut bagian dari lafaz azan,” (Lihat Mustafa Al-Khin dan Musthafa Al-Bugha, Al-Fiqhul Manhaji ala Madzhabil Imamis Syafii, [Damaskus: Darul Qalam, 1992] halaman 119). Wallahu a’lam.


*Salam HIA*

Silahkan share!!!


Telegram: 📥 https://t.me/HalaqahIlmuAgama

Website: 📥 http://www.halaqahilmuagama.com


🍃 *HALAQAH ILMU AGAMA* 🍃
•┈┈┈┈•------» ๑۞๑ «------•┈┈┈┈•
*© Copyright HIA 2017*

Sumber : http://www.halaqahilmuagama.com

KEMULIAAN AKHLAK

┏◉❆◈🌀━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━┓
   * Rangkuman Pengajian Bersama *Ustazah Halimah Alaydrus* *
┗━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━◉❆◈🌀┛

Tema:
*KEMULIAAN AKHLAK*

Kemuliaan akhlak adalah sesuai hal yang sangat tinggi nilainya Dimata Allah. Yang paling banyak bisa memenuhi timbangan seseorang di akhirat nanti adalah akhlak yang mulia.

Nabi Muhammad adalah kemuliaan dalam segala hal, istimewa dalam segala bidang, Nabi Muhammad yang paling khusyuk shalatnya, paling luas zakad dan sedekahnya, paling hebat dalam mengendalikan diri saat berpuasa, yang paling hebat jihadnya, yang paling bagus hajinya, paling baik prlakuan terdahap isteri dan keluarganya.

Allah mengatakan dalam Alquran bahwa Nabi Muhammad berada di atas Budi pekerti yang mulia,  kemuliaan akhlak beliau membuat kagum bahkan dihadapan malaikat malaikat Allah, akhlak nabi membuat kagum bahkan kepada nabi nabi Allah.

Allah berkata kepada Nabi Nuh, "wahai Nuh buatlah perahu dengan pengawasan kami, kemudian Nabi Nuh berkata "untuk apa ya Allah" Allah berkata "kami akan menghancurkan orang orang kaummu yang tidak beriman padamu", nabi Nuh berkata "ya Allah jangan sisakan satu rumah dari rumah rumah orang kafir kecuali Engkau tenggelamkan mereka".

Nabi Muhammad ketika kaum Thaif melemparkan nya dengan batu, ketika mereka menyampaikan gurauan yang menyakitkan hati, penolakan kepada nabi muhammad bahkan memerintahkan anak kecil dan budak budak untuk mengata2i, menghina , mencaci dan memaki sambil melempari batu, Nabi lari tunggang langgang, kemudian saat nabi telah selesai dari penganiayaan tersebut, saat nabi telah selesai dari  kekafiran mereka tersebut,
datang malaikat penjaga gunung mereka berkata "wahai Rasul tak sampai hati menyaksikan bagaimana mereka melakukan hal yang menyakitkan mu ya Rasulullah, Maka kami memohon izin pada Allah untuk menghimpit gunung ini (dhaif terletak di lembah antara gunung satu dan lainnya), Allah mengizinkan namun Allah bekata kepada kami untuk bertanya dahulu kepada mu wahai Muhammad"
Kemudian Nabi berkata "jangan lakukan/kerjakan hal itu", "tapi mereka telah kafir, telah mendustakanmu, telah berbuat keji padamu" Nabi berkata "mereka berbuat begitu karena mereka tidak tahu, kalaupun mereka tidak beriman, siapa tau nanti mungkin anak cucu mereka akan beriman kepadaku"
(Thaif, salah satu daerah yang paling banyak penghasil penghafal Alquran saat ini)

Diperlakukan jahat namun Nabi mendokaan anak cucu nya agar menjadikan orang orang yang baik.
Allah mengatakan atas hal ini, "sungguh engkau wahai nabi Muhammad berada di atas Budi pekerti yang mulia"
Maka belajarlah untuk mewarisi apa yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad.

*Ilmu adalah cahaya*
Imam Syafi'i saat salam perjalanan untuk mengajar melihat seorang wanita dan membayangkan bagaimana cantiknya wanita tersebut, kemudian saat imam Syafi'i datang ke majelis ilmu, saat imam Syafi'i hendak menyebutkan salah satu hadist Nabi maka beliau lupa akan hadist tersebut. Kemudian imam Syafi'i mendatangi dan mengadu kepada gurunya Syaikh waqi' bahwa betapa buruknya ingatanku dan hafalanku pada hari itu, maka Syaikh waqi' berkata pada Syafi'i "tinggalkanlah maksiat wahai Syafi'i, maka dia mengingat bahwa dalam perjalanan dia melihat wanita dan membayangkan  kecantikannya , dan Syaikh waqi' berkata itulah penyebab nya buruknya hafalanmu, dan dia berkata ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada ahli maksiat.

*Akhlak terbagi menjadi 3 bagian*
1. Akhlak Kepada Allah
2. Akhlak kepada Diri sendiri, dan
3. Akhlak kepada orang lain
(Habib Umar bin hafidz)
kemuliaan akhlak berarti memlili 3 hal tersebut.

1. Akhlak kepada Allah yaitu taqwa, taqwa yaitu taat kepada perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya, taqwa memiliki rasa takut mencegah untuk berbuat dosa, bahkan ketika tiada siapapun yang dapat melihat kita pada saat tersebut.
Maka saat sendiri akan terlihatlah akan Akhlak kita pada Allah.
Jangan jadikan Allah hanya menjadi rahasia dosa dosamu, namun jadikanlah Allah menjadi penyimpan taat2 mu.
Hati adalah pusat pandangan Allah SWT. Apa yang ada didalam hatimu, Allah melihatnya. Maka perhatikan betul apa yang ada didalam hatimu.

Syaikh abu bakar bin Salim ,dari usia 30 sampai akhir hidupnya, tidak terlihat duduk kecuali duduk tahiyat akhir, pada saat sedang bersama tamu atau bersama keluarga, atau bersama murid muridnya, kepada siapapun dan beliau duduk tidak bersandar,
Maka muridnya kemudian berkata kepada beliau untuk bersandar, kemudian Syaikh abubakar bin salim berkata bahwa "duduk tawarruk ini adalah duduknya budak dihadapan Tuannya, dan aku selalu berada dihadapan tuanku" (Akhlak kepada Allah, selalu merasa dirinya berada dalam pandangan Allah)

Sayyidina sufyan athauri mengatakan, "sejak 30 tahun terakhir ini saya tidak pernah berbicara dengan manusia, kemudian keluarga dan murid muridnya berkata "kita selalu berbicara tuan/kami berbicara padamu tuan" kemdian beliau berkata "saya selalu berbicara dengan Allah SWT"
Orang yang setiap berkata, dia selalu merasa berkata yang didengar oleh Allah, selalu faham setiap kali berbicara dgn siapapun dia selalu didengar oleh Allah adalah peraih akhlak tertinggi dalam hubungannya dengan Allah.

Suatu saat Sayyidina Umar sedang berjalan jalan berkeliling karena taqwa beliau untuk melihat dan mengawasi rakyatnya, beliau selalu melakukannya.
Sayyidina umar berkata "kalau saya tidur malam saya sia siakan hak Allah saat tidur siang maka saya sia siakan hak rakyat, maka bagaimana aku bisa tidur diantara salah satu dari kedua waktu tersebut?"
Pada suatu malam beliau berjalan berkeliling beliau mendengar seorang ibu berkata anak gadisnya "tolong campurkan susu dengan air karena tidak cukup untuk kita jual besok hari"
Namun dia tidak mau melakukannya, dan ibu nya bertanya kenapa, dia menjawab "karena aku mendengar sayyidina Umar berkhutbah siapa yang mecampur susu dengan air didunia, maka Allah akan memintanya untu memisahkan air dan susu di akhirat,
Namun ibu tetap memaksa dan berkata bahwa sayyidina Umar tidak mendengar, namun anaknya berkata memang benar Amirul mukminin tidak mendengarnya namun Tuhannya Amirul mukminin mendengar dan melihatnya.

Sayyidina Umar mengingat ucapan Nabi Muhammad yang berkata, "Dapati perempuan yang agamanya dan akhlaknya bagus maka akan bruntunglah hidupmu dunia akhirat"

Maka besok harinya sayyidina Umar mendatangi rumah tersebut dan bertanya kepada rumah siapa yang ia dengar sebelumnya, kemudian sayyidina
Umar pulang dan menceritakan hal tersebut kepada anaknya, dan salah satu daripada aanaknya menikahi gadis tersebut.
Dari pernikahan tersebut lahir Abdul Aziz, kemudian dari abdul Aziz lahir seorang anak pembaharu umat islam bernama Umar bin Abdul Aziz, nabi Muhammad berkata "setiap seratus tahun selalu ada ulama dan orang kuat dalam Islam yang akan memperbaharui agama kembali, dan pada 100 tahun pertama ia adalah Umar bin Abdul Aziz, yaitu  seorang yang sangat adil, buah dari pohon ketaqwaan yang dimiliki ayah dan ibunya.
Mulia adalah taqwa, dan Yang paling tinggi Dimata Allah adalah yang paling tinggi taqwanya.

2. Akhlak kepada diri sendiri : introspeksi, mawas diri, jaga diri, selalu perbaiki diri, jangan mudah menyerah untuk memperbaiki diri, kata Nabi Muhammad dalam salah satu hadist "bertaqwa lah kamu kepada Allah dimana pun kamu berada, dan susulilah setiap keburukan dengan kebaikan yang kamu miliki"

Ibnu Hajar (muridnya batu) sempat menyerah saat belajar,  kemudian dia pulang menuju kampung kemudian dia melihat satu batu teertetes air dan kelamaan dia berlubang, kemudian dia heran atasnya, kemudian dia teringat akan dirinya, kemudian dia kembali ketempat dia belajar.
(Susuli setiap keburukan yang kmu lakukan dengan kebaikan, suatu saat nanti kebaikan tersebut akan menghapus keburukan yang ada)

Pada suatu saat ada seorang santri sedang pulang dan dalam perjalanan pulang santri tersebut dirampok dan yang di ambil adalah termasuk kitab kitab yang dibawa pulang olehnya, kemudian santri tersebut meminta kembali kitab kitab nya pada sang perampok dan mengatakan bahwa kitab kitab tersebut tidak akan berguna bagi mereka, kemudian perampok tersebut membawanya ketempat ketua mereka, pada saat itu ada seorang pelayang sedang membawa minuman dan sampailah saat dia memberikan minuman kepada ketua perampok tersebut, ketua perampok itu menolak minuman yang diberikan dan berkata "saya sedang berpuasa Sunnah" santri tersebut terheran melihat sang ketua perampok yang berpuasa Sunnah sedangkan dia adalah seorang perampok,
Bisa saja masih ada keburukan yang kamu lakukan maka susulilah keburukan itu dengan kebaikan maka suatu saat kebaikan itu akan menghapus kebaikan.

Kemudian ketua perampok tersebut berkata kepada santri tersebut untuk meletakkan semua ilmu didalam hatinya agar tidak ada yang bisa mengambil dan mencurinya,
dan kemudian sang santri pun kembali bertanya padanya karena keheranannya akan puasa Sunnah yang dilakukan oleh ketua perampok tersebut, maka sang ketua berkata kepadanya "sesungguhnya setiap orang punya tali tali yang bisa menyampaikannya kepada Allah, saya sudah memutuskan tali tali yang lain, tapi saya tetap sisakan satu tali yang mungkin suatu saat tali tersebut akan menyampaikan saya pada Allah"
(Maka janganlah kita suudzan kepada orang lain)

Mungkin saat ini kita menutup aurat dengan baik daripada orang lain, namun dalam hal lain belum tentu kita lebih baik, dan belum tentu tali tali kita tidak akan putus.

3. Akhlak kepada sesama adalah dengan pergaulan yang baik : kasih sayang dan cinta. Sayangi semua orang, berbakti kepada orang tua, sayangi orangtua, mendoakan orangtua jika sudah meninggal, jadilah penyebab senyum orangtua, berdoa untuk kedua orang tua, cintai anak anakmu, sayangi saudara saudaramu, sayangi dan cintai guru gurumu, karena kalau bukan karena guru gurumu kamu tidak mengetahui apapun, doakan guru gurumu.
Sayangi dan cintai seseorang, kita tidak akan pernah tau kebaikan kita yang mana dan kepada siapa yang kemudian dapat menjadi penyebab keselamatan hidup kita didunia dan di akhirat.

Pada suatu ketika Nabi memiliki seorang budak, kemudian jibril datang dan berkata pada Rasulullah, "Ya Rasulullah, keluarkan budak perempuanmu itu karena dia termasuk salah satu dari calon penghuni neraka" kemudian nabi mengeluarkan nya dengan santun dengan Akhlak sesuai perintah Allah.
Sebelum dia keluar dia dibekali 3 buah kurma oleh sayyidah Aisyah, kemudian dia membawanya, setelah sejam perjalanan dia merasa lapar, kemduian dia mengeluarkan nya, kemudian dia melihat dua orang anak yatim yang sedang kelaparan kemudian budak tersebut diberikannya buah kurma tersebut kepada anak anak yang kelaparan, kemudian anak tersebut masih melihat kembali kepada sisa Kurma tersebut dan budak itu kembali memberikannya sisa Kurma yang ada ditangannya membagikan setengah kepada kedua anak anak tersebut.

Kemudian malaikat Jibril kembali datang dan berkata "wahai Rasulullah kembalikanlah budak tersebut karena dia penghuni surga" bahagianya budak tersebut namun dia bertanya kenapa dia dikembalikan, kemudian Rasulullah berkata "apa yang sudah kamu lakukan sehingga Allah merubah keputusan dari ahli neraka menjadi ahli surga" kemudian sang budak mengingat apa yang telah dia lakukan sebelumnya.
(Selamatkan lah diri kalian dari api neraka walau dengan sebutir kurma)
Maka tebarkan lah cinta kepada siapapun.

Wali wali Allah SWT dan kekasih Allah, mereka dimasukkan kedalam surga karena Rahmat yang ada dalam hati mereka tidak menyisakan kebencian terhadap siapapun.
Saidah Rabiah Al adawiyah melihat ada maling masuk kedalam rumahnya, namun orang tersebut tidak menyadarinya, dia mengasihani pencuri tersebut karena merasa dia tidak memiliki apapun, kemudian Rabiah memanggilnya karena kasihan padanya, kemudian dia bertanya apakah dia ingin mengambil sesuatu dari rumah Rabiah, maka pencuri tersebut mengakuinya, namun Rabiah tidak membiarkan maling tersebut keluar tanpa memberi apapun dan dalam keadaan kecewa,
Kemudian Rabiah meminta maaf, dan menyuruhnya berwudhu, dan sholat dirumah tersebut, kemudian Rabiah berdoa untuknya, "ya Allah ada hambamu kau utuskan untukku, (tamu dan maling tak ada bedanya bagi rabiah) dia menginginkan seuatu, maafkan aku tidak bisa memberikan harta kepadanya, jika dia terhalang dia akan harta dunia maka jangan halangi dia dengan harta akhirat, ya Allah jadikan dia salah satu penghuni surga"
(Tidak menyisakan kebencian kepada siapapun)

Pesan Nabi kepada sayyidina Ibnu abbas, "wahai anak muda berusaha lah agar dari pagi kau bangun tidur sampai malam kau tidur kembali agar tidak ada rasa tidak baik dari hatimu kepada siapapun hamba Allah SWT"

*DAYAH THALIBUL HUDA*

Minggu 15 September 2019

Sumber : http://www.halaqahilmuagama.com

Selasa, 03 September 2019

JAGALAH DIRIMU DAN KELUARGAMU DARI SIKSA API NERAKA


 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(Q.S. At-Tahrim 66:6)
Abdullah bin Abbâs Radhiyallahu anhu berkata, “Lakukanlah ketaatan kepada Allâh dan jagalah dirimu dari kemaksiatan-kemaksiatan kepada Allâh, dan perintahkan keluargamu dengan dzikir, niscaya Allâh Azza wa Jalla akan menyelamatkanmu dari neraka”.


Mujâhid rahimahullah berkata tentang firman Allâh ‘peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka’, “Bertakwalah kepada Allâh, dan perintahkan keluargamu agar bertakwa kepada Allâh Azza wa Jalla ”.