KERJA KERAS BEBAS CEMAS ; PASTI AMAN-PASTI CAIR-PASTI TENANG

KERJA KERAS BEBAS CEMAS ; PASTI AMAN-PASTI CAIR-PASTI TENANG
APAPUN PEKERJAAN ANDA Lindungi diri Anda mulai Sekarang dari Resiko Kerja Anda, REJEKI dapat di Cari Kematian tak bisa kita Hindari

Selasa, 17 Januari 2017

Boleh Miskin Harta Asal Jangan Miskin jiwa

 Bagaimanakah ciri-ciri orang kaya?

Sebagian besar dari kita akan menjawab, orang kaya adalah mereka yang memiliki banyak uang, harta, emas perhiasan dan saham serta mempunyai mobil dan rumah yang mewah.

Inilah gambaran umum yang terpatri dalam benak kebanyakan orang. Mereka selalu membedakan antara yang kaya dan miskin, semata-mata berdasarkan kepemilikan harta. Yang banyak hartanya disebut orang kaya dan yang sedikit hartanya disebut orang miskin.

Pertanyaan selanjutnya, apakah tidak ada ukuran lain untuk membedakan orang kaya dan orang miskin?

Masih terngiang nasehat orang tua di telinga, kita boleh miskin harta namun jangan sekalipun kita membiarkan diri kita untuk miskin jiwa. Sesungguhya di dalam hidup ini, ada dua ukuran untuk menunjukkan kekayaan seseorang, yaitu kekayaan harta dan kekayaan jiwa.

Seorang pegawai negeri sipil senior, bernama Pak Sayid hendak memasuki masa pensiun. Setelah menyelesaikan upacara purna bakti dengan melepas seragam PNS, Pak Sayid segera menyerahkan semua pakaian PNS yang dimilikinya dan masih layak pakai ke kantor.

Beliau mengharapkan pakaian-pakaian ini dapat dipergunakan oleh pegawai lainnya, sebab setelah pensiun, pakaian PNS ini tidak akan pernah digunakan lagi. Daripada rusak termakan waktu, alangkah baiknya bila pakaian seragam ini dapat dimanfaatkan oleh pegawai lainnya.

Pak Sayid adalah contoh orang yang memiliki kekayaan batin, walaupun tidak berkelebihan harta.

Lain lagi ceritanya dengan salah seorang pengusaha kaya dan terpandang, bernama Pak Kiki. Walaupun memiliki harta berlebih, namun tidak pernah sekalipun dirinya beramal dalam kegiatan sosial. Seringkali pengemis yang meminta sedekah, akan diusir dengan bentakan bernada kasar.

Perlakuannya kepada para pegawainya sangat buruk dan tidak manusiawi. Pernah sekali supir pribadinya, tidak sengaja menabrakkan mobil mewah berharga milyaran sehingga menimbulkan kerusakan lumayan parah. Pak Kiki dengan tega, memotong separuh gaji sang supir hingga bertahun-tahun untuk menutupi kesalahannya. Padahal mobil ini memiliki asuransi sehingga untuk memperbaiki kerusakan mobilnya hanya menghabiskan dana tidak sampai sejuta rupiah (biaya administrasi asuransi).

Pak Kiki adalah contoh orang yang miskin jiwanya, walaupun bergelimpangan harta. Saking miskinnya jiwa Pak Kiki, hingga tega "merampok" gaji supirnya sendiri.

Manakah yang ingin kita pilih, kaya harta atau kaya jiwa?

Idealnya semua orang pasti menginginkan kedua-duanya. Jika harus memilih salah satu, bagi para penikmat duniawi tentu akan memilih untuk memiliki banyak harta. Bagi penikmat surgawi, tentu akan memilih untuk kaya jiwa.

Kekayaan harta adalah nilai kekayaan yang bersumber luar diri (eksternal) kita. Jasa, perbuatan dan altivitas kita akan dihargai dengan sejumlah uang. Sedangkan kekayaan jiwa itu bersumber dari dalam diri kita. Keikhlasan dan ketulusan adalah salah satu sumber kekayaan jiwa.

Sobatku yang budiman...

Orang yang kaya jiwa adalah mereka yang tidak egois dan lebih mengutamakan kepentingan orang lain dibandingkan kepentingan dirinya sendiri, teguh dan tegar dalam menghadapi berbagai tantangan hidup, tulus dan ikhlas, sabar dan mampu membagikan kasih sayangnya kepada semua orang tanpa membeda-bedakan.

Mereka tidak akan pernah merasa takut menjadi melarat karena beramal dan tidak takut ketika kehilangan harta maupun jabatannya. Yang sangat mereka takuti ketika keberadaannya tidak memberi manfaat bagi orang lain.

Orang yang miskin jiwa adalah mereka yang selalu berpikiran negatif, tidak menghargai orang lain, mau menang sendiri, bersifat culas, tulang fitnah dan selalu mengenakan "topeng" dalam setiap tindak-tanduk kehidupannya.

Sehingga, walaupun memiliki harta berlimpah, akan tetapi karena kepelitannya, maka semua harta yang dikumpulkannya, tidak akan berguna bagi siapa saja, termasuk untuk dirinya sendiri.  

Salam kebajikan 

#firmanbossini

SUMBER : KEBIJAKAN DE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar