MEMAHAMI Seluk
beluk bisnis MLM alias multi level marketing
Multi
level marketing atau lebih dikenal dengan istilah bisnis MLM mendapat penilaian
yang berbeda dari masyarakat, ada yang mencibir, bersikap acuh, namun ada juga
yang menyanjungnya. Sayangnya, banyak dari masyarakat kita (Indonesia), ikut
memberikan penilaian buruk terhadap sistem pemasaran ini tanpa mengetahui
definisi sebenarnya. Baru dengar istilah MLM aja sudah pada sawan dan merasa
‘jijik’ tanpa berusaha mencari tahu lebih lanjut tentang program atau bisnis
yang ditawarkan oleh Multi Level Marketing Companies (perusahaan-perusahaan
yang menjalankan sistem pemasarannya dengan konsep MLM).
Tidak salah memang mengingat
akhir-akhir ini banyak bisnis opportunity alias peluang bisnis berbasis Money
Game atau Investasi yang mengatasnamakan bisnis MLM. Padahal dari segi konsep
dan cara kerjanya sudah sangat berbeda, begitu pula dengan proses perijinan dan
pengawasannya. Salah satu lembaga pengawasan yang menaungi bisnis MLM adalah
APLI yang merupakan kependekan dari Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia.
Makanya tak jarang dari masyarakat yang mengerti seluk beluk bisnis akan
menanyakan apakah Perusahaan MLM yang ditawarkan sudah memiliki SIUPL
(surat ijin usaha penjualan langsung) serta mengantongi keanggotaan dari APLI
apa belum. Lain halnya dengan masyarakat awam yang tidak mau mencari informasi
lebih (baca : malas belajar), yang sekonyong-konyong langsung menolak bahkan
mencibir begitu mendengar penawaran bisnis berbasis MLM. Menurut mereka, bisnis
MLM = penipuan, dan menguntungkan orang di atas.
Untuk itu saya membuat artikel ini yang
akan memberikan penjelasan dasar tentang apa itu multi level marketing,
bagaimana cara kerjanya, serta tips apa saja yang perlu kita pahami untuk bisa
membedakan antara bisnis Money Game, Investasi bodong, dan bisnis MLM. Dengan
demikian, diharapkan anda dapat memiliki pemahaman yang cukup dan terhindar
dari berbagai jenis penipuan yang mengatasnamakan ketiganya.
Konsep dasar sistem
Multi Level Marketing
Multi level marketing bisa disebut
sistem penjualan berjenjang. Untuk mempermudah pemahaman anda, akan saya
berikan contoh sederhana sebagai berikut :
Saya memiliki produk parfum. Proses
penjualan normal dari parfum ini adalah saya jual, anda beli. Jika anda
membelinya maka saya akan mendapatkan keuntungan. Lalu bagaimana jika anda
ingin menjual kembali produk tersebut? Kemungkinannya ada 2, yaitu anda menjual
kembali dengan harga lebih mahal, atau anda meminta diskon ke saya sehingga
anda bisa menjual kembali dengan harga yang sama. Lebih jauh lagi, jika
penjualan anda bagus dan volumenya cukup besar, wajar donk kalau saya
memberikan bonus tambahan ke anda? Skema ini mirip dengan yang ada dalam
kehidupan kita sehari-hari, dari Pabrik – Distributor- Agen – hingga
Toko/warung/penjual eceran.
Sekarang perhatikan contoh ke-dua.
Saya menjual produk parfum. Anda
membelinya dari saya, dan saya beritahukan bahwa jika anda menjualnya kembali,
anda akan mendapatkan keuntungan. Bukan dari saya, tapi dari perusahaan parfum
tersebut. Tidak hanya itu, ketika anda berhasil menjualnya, bukan hanya anda
saja yang mendapat keuntungan, tapi juga saya yang mengenalkan produk tersebut
ke anda. Termasuk orang yang mengenalkan produk tersebut ke saya sebelumnya.
Itulah konsep dasar dari sistem
penjualan berjenjang alias MLM. Dari setiap penjualan produknya, sudah
diperhitungkan keuntungan yang didapat baik oleh penjualnya maupun orang yang
mereferensikannya. Perusahaan sudah menghitung keuntungan dari setiap penjualan
parfum tersebut dan dibagi-bagi. Ga salah donk? Apakah perusahaan dinilai boros
dengan membagi keuntungan ke ‘Banyak’ orang di jaringannya? Tentu saja tidak.
Dengan menggunakan sistem MLM, produk mereka akan lebih cepat dan mudah dikenal
masyarakat luas tanpa harus menggelontorkan biaya promosi atau iklan yang tentu
saja memakan biaya yang sangat besar. Tahukah anda berapa biaya promosi iklan
di stasiun televisi? Koran? Radio?. Buanyaaakk sekali hingga ratusan juta
rupiah. Itu pun dengan kuota waktu yang terbatas.
Lain halnya dengan sistem pemasaran MLM,
para membernya akan dengan senang hati dan suka rela memperkenalkan,
menjelaskan produk tersebut bahkan hingga berjam-jam seperti saat mengadakan
table talk atau seminar. Dan itu Gratis alias tidak dibiayai oleh Perusahaan.
Pengalihan biaya promosi itulah yang dimanfaatkan oleh Perusahaan untuk
memberikan komisi atau bonus kepada seluruh jaringan membernya. Cerdas bukan?
Lalu di mana letak penipuan yang banyak digemborkan oleh para Haters dari bisnis
MLM ini?
Multi Level Marketing
Companies vs Money Game
Meskipun konsep dasar sistem pemasaran
MLM ini tidak bermasalah, namun anda patut bersikap waspada terhadap setiap
penawaran bisnis berbasis MLM ini. Tak jarang ada pihak (perusahaan) yang
mengatasnamakan bisnis MLM namun sebenarnya tak lebih dari sebuah skema Money
Game. Berikut ciri-ciri yang mudah dilihat dari kedua bisnis tersebut ;
Money Game
·
Produknya tidak jelas atau ada produk
tapi harganya sangat mahal dan tidak wajar.
·
Sumber penghasilan Upline/Sponsor adalah
dari perekrutan member, bukan dari penjualan produk.
·
Sistem keanggotaannya bersifat seumur
hidup.
·
Biaya pendaftaran mahal.
·
Sistem jaringannya berupa piramida dan
jelas menguntungkan yang daftar duluan.
·
Kalo sudah di atas, meski gak
ngapa-ngapain tetap dapat penghasilan yang wah.
·
Produknya jelas (terdaftar di BPOM) dan
harga sesuai kualitas.
·
Sumber penghasilan berasal dari
penjualan produk.
·
Keanggotaannya jika tidak digunakan akan
hangus dalam kurun waktu 1 tahun.
·
Biaya pendaftaran relative murah mulai
30 ribu. Itu pun sudah mendapatkan starterkit/panduan.
·
Yang join duluan atau belakangan
memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.
·
Kalau tidak ngapa-ngapain, gak jualan
produk, gak membangun team, ya potensi bonusnya gak ‘nongol’.
·
Perhitungan bonus diperoleh dari volume
penjualan group.
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa sebenarnya MLM atau multi level marketing merupakan salah
satu strategi marketing dengan mengandalkan kekuatan membernya dalam
memperkenalkan dan menjual produk ke masyarakat. Cara ini dinilai efektif
untuk menekan biaya promosi perusahaan yang sangat besar, sehingga bisa
dialokasikan untuk berbagi keuntungan hingga ke berbagai level dalam struktur
jaringan membernya. Namun demikian, kita sepatutnya waspada terhadap penawaran
bisnis yang mengatasnamakan MLM. Cari tahu lebih dalam mengenai perijinan,
produk, dan sistem kerjanya agar terhindar dari sistem money game yang berkedok
MLM.
Jangan lupa memberikan komentar dan
silahkan dishare jika dirasa artikel ini bermanfaat.
Semoga Sukses........
Semoga Sukses........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar